Thursday, February 7, 2013

Mencintaimu Tanpa Syarat



Udah lama Tidak Posting lagi.. Dan akhirnya sekarang bisa posting hehe.. Pasti kangen ya kalian dengan "Karya-karya" ku (NB: Yang pengen muntah dipersilahkan).. Oke langsung saja baca Tulisan Fiksi ku dibawah ini.. Dan ambilah hikmahnya.. :')





Lima tahun usia pernikahanku dengan Annisa sungguh masa yang sulit. Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Annisa lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.


Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Annisa. Kami bertengkar pagi ini karena Annisa kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Annisa sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.

Jam menunjukkan pukul 11 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah kota Surabaya masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan jalanan ini. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Annisa membuatku semakin kesal !!!

Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, satu jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk sampai di rumah.

Kulihat Annisa tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia sungguh cantik” kataku dalam hati, “Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik”. Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.

Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Annisa menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah,tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Annisa, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.

14 Februari 1996. Terima kasih Ya Allah atas pemberianMu yang berarti bagiku, Dhani, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku.

Hmm… Aku tersenyum, Annisa yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya.

6 September 2001. Tak sengaja kulihat Dhani makan malam dengan wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Dhani tidak pindah ke lain hati.

Jantungku serasa mau berhenti…

23 Oktober 2001. Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Dhani, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki agar aku ketahui…

Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan Annisa telah mencapai 5 tahun. Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Annisa karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Annisa. Aku sungguh tak menduga
kalau Annisa mengetahui hubunganku dengan Melly.

4 Januari 2002. Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan
mengatakan Dhani telah selingkuh dengannya. Ia juga mengatakanku, bahwa aku pelacur murahan. Melly juga tak sengaja menampar pipi kananku. Memang sakit Ya Allah, tapi aku tetap memaafkannya. Ya Allah, beri aku kekuatan yang berasal daripadaMu.

Bagaimana mungkin Annisa sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun
atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Annisasangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Annisa rasakan saat itu.

14 Februari 2002. Dhani melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Tuhan
apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus
kuambil.^_^

14 Februari 2003. Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi
Nyonya Muhammad Dhani Winoto. Terima kasih Ya Allah!

15 Febuari 2003. Untuk pertama kalinya aku membuatkan secangkir kopi. Semoga keluarga kami menjadi Sakinah mawaddah warrohmah.

13 Agustus 2004. Suamiku memukul ku untuk pertama kalinya. Ya Allah, apa salahku?

14 Agustus 2004. Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap
aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar
lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.

16 Agustus 2004. Malam hari aku terbangun, karena aku mual. Tidak biasanya aku begini. Mungkin aku hamil ini, ku coba meneteskan air kencingku ke alat tes kehamilan. Dan, Barakallah.. Aku hamil..! Terima kasih Ya Allah.. Tapi, aku tidak berani membangunkan suami ku saat ini.

11 Mei 2005. Aku melahirkan buah cintaku dengan Mas Dhani, Bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Meyta Puspita Sari. Semoga anak kita kelak, menjadi anak yang Soleha.

7 Juni 2006. Suamiku marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang
kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku
berada mall mencari jam idaman Mas Dhani, aku ingin membelikan jam itu
di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Ya Allah, beri kedamaian
di hati Mas Dhani agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di
sore hari lagi kalau Mas Dhani belum pulang walaupun aku lelah.

Aku mulai menangis, Annisa mencoba membahagiakanku tapi aku malah
memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam
kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.

15 November 2007. Mas Dhani butuh meja untuk menaruh kopi di ruang
keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Ya Allah, bantu aku
menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Lebaran untuk
Mas Dhani.

Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Annisa tak pernah mengatakan
meja itu adalah hadiah Idul Fitri untukku. Ya, ia memang membelinya di
malam Hari Raya Idul Fitri dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.

Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Annisa sungguh
diberi kekuatan dari Allah untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari
keluar kamar, kukecup kening Annisa dan ia terbangun… “Maafkan aku
Mama, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun Mama…”

0 komentar:

Post a Comment